ANALISA SIMEOTIKA PADA IKLAN SPRITE "NYATANYA SPRITE MAKIN NYEGERIN KALO BOTOLNYA KERINGETAN". -Universitas Bhayangkara Jakarta Raya-Fakultas Ilmu Komunikasi-Dhimas Ahmad Fachrezy-202310415213-Semester 1-Tugas UAS Mata Kuliah Pengantar Periklanan-Tahun Akademik Ganjil 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periklanan merupakan salah satu strategi
pemasaran yang menjadi perhatian khusus dalam suatu bisnis dimana melalui periklanan
pangsa pasar perusahaan
dapat terus meningkat sekaligus
dapat menarik perhatian
konsumen. Perusahaan harus memikirkan cara berkomunikasi yang
Menguntungkan dengan konsumen
dengan cara memperkenalkan
produk mereka secara intensif dengan salah satu bentuk komunikasi produsen
dengan konsumen yaitu melalui iklan atau
advertising. Periklanan
melalui media komunikasi sangatlah efisien karena Iklan memiliki tujuan jangka
panjang dan iklan mencakup wilayah yang lebih luas dalam membangun brand. Cara
berkomunikasi melalui iklan sangatlah efektif karena dapat memberikan informasi
yang jelas terhadap produk. Iklan
mengarahkan konsumen dalam menyuguhkan produk sehingga dapat diyakini untuk
memenuhi kebutuhan pembeli. Periklanan merupakan fenomena sosial yang memainkan
peran penting dalam masyarakat modern.
Iklan bisa menstimulasi konsumsi
dan aktivitas ekonomi
serta memperagakan gaya hidup dan orientasi nilai tertentu. Setiap konsumen dihadapkan pada begitu banyak
eksposur iklan di berbagai media, baik medi cetak maupun media elektronik,
termasuk yang online dan offline. Periklanan dapat dilakukan dengan melalui
beberapa media, seperti media cetak, media elektronik dan media luar
ruangan. Dengan media ini pesan iklan
dapat tersampaikan dalam bentuk visual, audio, dan gerak.
Iklanmerupakan peranan yang penting dalam pemasaran barang dan
jasa. Hal ini disebabkan iklan dapat
membuat produk barang dan jasa yang
diproduksikan oleh perusahaan
dikenal oleh calon konsumen. Sekalipun tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa iklan yang
disampaikan melalui berbagai
media (cetak, elektronik dan luar ruangan) suatu produk juga dapat
dikenal oleh calon konsumennya. Namun
penyampaian informasi melalui
iklan dinilai lebih cepat agar calon konsumen dapat sesegera mungkin mengenal
produk yang diiklankan. Gambar Iklan PT. Coca-cola company.
Pemasaran
produk merupakan sebuah tantangan yang membutuhkan strategi yang matang dan fokus.
Dalam hal ini, pemilihan iklan merupakan salah satu faktor kunci dalam
merencanakan kampanye yang efektif. Fokus pada merek minuman ringan “Sprite”,
Tahapan pemilihan iklan ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor
strategis dan kreatif. Sprite, produk Coca-Cola Company, telah membangun
reputasi sebagai minuman menyegarkan dengan rasa lemon-lime yang khas. Proses
pemilihan iklan ini tidak hanya merupakan upaya untuk meningkatkan penjualan,
namun juga merupakan strategi untuk menciptakan dan memperkuat hubungan antara
merek dan konsumen. Pemasaran produk merupakan tantangan saat ini dan
merencanakan strategi periklanan yang matang adalah kunci terpenting untuk
sukses di pasar yang kompetitif. Dalam hal ini, merek minuman ringan global
"Sprite"; Dikelola oleh The Coca-Cola Company merupakan titik fokus
dimana tahap pemilihan iklan menjadi langkah strategis yang penting.
Seiring
berjalannya waktu, media komunikasi periklanan semakin canggih dan beragam.
Walaupun banyak media periklanan yang tidak bertahan lama, namun ada pula media
periklanan yang bertahan hingga saat ini. Salah satu media yang bertahan lama
adalah televisi. Hingga saat ini, media televisi merupakan media yang paling
populer dan digemari masyarakat. Efektif dalam mempromosikan produk kepada
kelompok sasaran. Sejumlah besar produsen telah berhasil dalam hal ini dan
mampu meningkatkan penjualan melalui iklan televisi. Salah satu produsen paling
populer sejauh ini adalah. Perusahaan masih menggunakan media televisi untuk
beriklan. Khususnya Sprite, produk minuman berkarbonasi bermerek PT. coca-cola
company.
https://images.app.goo.gl/MKAz5hJ42DnwL13R9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Iklan
Iklan
dan promosi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem ekonomi dan
sosial masyarakat modern. Dewasa ini, iklan sudah berkembang menjadi sistem
komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa tetapi
juga bagi konsumen. Kemampuan iklan dan metode promosi lainnya dalam
menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan kedua bidang tersebut memegang
peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan. Berbagai bentuk usaha, mulai
dari usaha eceran hingga perusahaan multinasional, me- ngandalkan iklan dan
promosi untuk membantu mereka memasar- kan barang dan jasa. Pada sistem ekonomi
yang berlandaskan pada pasar, konsumen semakin mengandalkan iklan dan bentuk
promosi lainnya untuk mendapatkan informasi yang akan mereka gunakan un- tuk
membuat keputusan apakah akan membeli suatu produk ataukah tidak. Semakin
meningkat pengeluaran (belanja) iklan dan promosi yang dilakukan perusahaan
menjadi bukti bahwa tenaga pemasaran di mana pundi dunia mengakui pentingnya
kegiatan iklan dan promosi. Strategi promosi memainkan peran penting pada
program pemasaran perusahaan karena strategi promosi merupakan upaya perusahaan
untuk berkomunikasi dan menjual produk mereka kepada konsumen Untuk memahami
peran iklan dan promosi dalam pemasaran. Sebagai penyampaian pesan, ikan
umumnya ditempatkan pada tempat-tempat dimana audience (peminat) dapat dengan
mudah atau sering mengaksesnya baik dalam bentuk visual (gambar) atau audia
(suara) (supriyanto, 2008:20). Menurut Lamb, et.al. (2001:205)
iklan memiliki dua jenis utama yaitu:
2.1.1 Periklanan Institusi
(institutional advertising) Didesain
untuk meningkatkan citra sebuah perusahaan daripada mempromosikan suatu produk
tertentu. Bentuk dari periklanan institusi dikenal dengan periklanan sokongan
(advocacy advertising), digunakan untuk mengungkapkan pandangannya mengenai
pokok-pokok persoalan atau merespon terhadap serangan media.
2.1.2 Periklanan Produk
Digunakan untuk
mempromosikan manfaat suatu produk maupun jasa tertentu. Tahap produk ini dalam
siklus hidupnya sering kali menentukan jenis iklan produk yang digunakan,
antara lain:
a)
Periklanan
Perintisan (pioneering
advertising) Bentuk periklanan yang didisain untuk merangsang permintaan primer
terhadap produk atau kategori produk baru.
b)
Periklanan
Bersaing (competitive
advertising) Bentuk periklanan yang didisain untuk mempengaruhi permintaan
suatu merek tertentu.
c)
Periklanan
Perbandingan
(comparative advertising) Bentuk periklanan yang membandingkan dua atau lebih
merek yang bersaing yang dinamai atau ditunjukan secara khusus dalam satu atau
lebih atribut tertentu.
2.2 Pengertian
Periklanan
Periklanan
(advertising) adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor
tertentu, yakni pemasang iklan (pengiklan) yang membayar jasa sebuah media
massa atas penyiaran iklannya, misalnya melalui pro- gram siaran televisi.
Adapun iklan itu sendiri biasanya dibuat oleh sebuah agen atau biro iklan atas
pesanan si pemasang iklan; atau bisa saja oleh bagian Humas (Public Relations)
lembaga pemasang iklan tersebut. Secara harfiah, istilah iklan dikenal dalam
bahasa Melayu berasal dari bahasa Arab, i'lan atau i'lanun yang berarti
informasi. Sedangkan istilah advertising berasal dari bahasa Latin, ad-vere
yang berarti memindahkan buah pikiran dan gagasan kepada pihak lain.
Periklanan
dapat juga dianggap sebagai sebuah institusi sosial, sebab banyak lembaga
kemasyarakatan yang terlibat di dalam proses pembuatan dan penyajian iklan.
Penelitian pada abad-abad peralihan membuktikan bahwa sepintas lalu iklan
memperlihatkan nilai-nilai kehidupan pada setiap zamannya. Iklan barang dan
jasa menunjukkan suatu gambaran tentang bagaimana orang hidup dan menginginkan
kehidupannya. Demikian pula gaya iklan pada menampilkan banyak zamannya,
seperti gayanya pada zaman itu, menan hal tentang perbendaharaan kata pada
waktu itu, apakah mengenai kepentingan umum atau pendapat umum. Dengan
demikian, periklanan bisa dianggap sebuah cermin masyarakat, atau bisa juga
dianggap sebagai pengaruh dari zamannya.
Tugas
pokok periklanan adalah mengomunikasikan informasi seefisien mungkin kepada
orang-orang yang beratus ribuan jumlahnya. Dalam kegiatannya, periklanan
melakukan fungsi eko- nomi yang terpenting bagi si pemasang iklan dan khalayak.
Dia menolong khalayaknya untuk mengambil tindakan ekonomis yang lebih baik
dengan memberitahu mereka tentang barang dan jasa. Ia melengkapi si pemasang
iklan dengan suatu mekanisme komunikasi ekonomis bagi khalayaknya. Dalam
pengertian khusus secara ekonomis, periklanan merupakan padanan bagi
barang-barang baru. Dalam banyak hal, memperkenalkan produk baru tidak bisa
dikerjakan dengan mudah apabila periklanan tidak bisa memberitahu orang-orang
tentang produk tersebut.
Dengan
demikian, periklanan merupakan kegiatan yang terkait pada dua bidang kehidupan
manusia sehari-hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dalam bidang ekonomi,
periklanan bertindak sebagai salah satu upaya marketing yang strategis, yaitu
upaya memperkenalkan barang baru atau jasa untuk dapat meraih keuntungan
sebanyak mungkin. Dalam hal ini, periklanan merupakan suatu kekuatan menarik
yang ditujukan kepada sejumlah pembeli tertentu, hal mana dilaksanakan oleh
produsen atau pedagang agar dapat mempengaruhi penjualan barang atau jasa
dengan cara yang menguntungkan (Baarle, 1946: 1). Jadi, periklanan merupakan
salah satu teknik untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan sehingga
meng- untungkan produsen atau penjual. Sedangkan dalam bidang komunikasi, periklanan
merupakan proses atau kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak-pihak sponsor
(pemasang iklan), media massa, dan agen periklanan (biro iklan). Ciri utama
dari kegiatan yang dimaksud adalah pembayaran yang dilakukan para pemasang
iklan, melalui biro iklan atau secara langsung, kepada media massa terkait dina
dimuat atau disiarkannya penawaran barang atau jasa yang dihasilkan si pemasang
iklan (pengiklanan) tersebut (Aaker, 1975; 3). Jelasnya, periklanan merupakan
salah satu jenis teknik komunikasi massa untuk menyiarkan informasi tentang
barang atau jasa yang ditawarkan oleh si pemasang iklan (produsen atau penjual
barang maupun jasa) dengan membayar ruang atau waktu yang disediakan media
massa tersebut. Pendek kata, periklanan adalah salah satu metode untuk
memperkenalkan barang, jasa, atau gagasan kepada publik (Schindler, 1970: 79).
Sudah tentu, memperkenalkan di sini dalam arti menawarkan agar publik berminat
untuk menikmatinya.
Periklanan
juga bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah
bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefinisikan
sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat
lewat suatu media. Sedangkan periklanan (advertising) adalah segala biaya yang
harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi
dalam bentuk gagasan, barang atau jasa (kotler and amstrong, 2002:153). Periklanan
merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada
calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu
dengan biaya yang semurah-murahnya (Jefkins, 1997:5). Sedangkan iklan adalah
promosi barang, jasa, perusahaan, dan ide yang harus dibayar oleh sponsor (Supriyanto,
2008:19). Sponsor dalam hal ini merupakan perusahaan tertentu yang nantinya
menjadi klien penyedia jasa promosi. Periklanan local berbeda dengan periklanan
merek yang bersifat nasional. Beberapa perbedaan itu diantaranya:
1.
Periklanan
ritel ditujukan kepada mereka yang tinggal dikota tempat tokoberada, sedangkan
periklanan merek yang bersifat nasional menyampaikan pesan yang berhubungan
secara luas dengan pemakaian suatu produk tertentu.
2.
Konsumen
periklanan merek yang bersifat nasional hanya mendukung merek sponsor,
sedangkan periklanan ritel dapat mempromosikan beberapa merek yang berbeda atau
bahkan merek yang bersaing.
3.
Periklanan
ritel ditujukan kepada masyarakat local yang mempunyai bebagai kepentingan yang
saling berhubungan secara terpadu. Segala sesuatu yang berhubungan dengan iklan
ditekankan pada perilaku konsumen, khususnya yang berkunjung ke toko. Karena
itu, periklanan ritel meliputi informasi harga, alamat, nomor telepon, syarat
penjualan, warna, ukuran, dan sebagainya. Sedangkan periklanan merek nasional
lebih berkenaan dengan citra, alamat, dan perubahan sikap.
4.
Periklanan
ritel yang diterapkan oleh toko-toko local pada umumnya berkenaan dengan
informasi yang bersifat umum, seperti nama toko, nomor telepon, alamat, dan jam
beroperasinya toko.
2.3 Teori
simeotika yang digunakan
Menurut
M.A.K. Halliday: Teks
adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk mengekspresikan fungsi atau
makna sosial dalam konteks situasi dan konteks kultural. Oleh karena itu, teks
lebih merupakan sistem bahasa yang bersifat semantis sekaligus fungsional.
Bahasa yang digunakan (fonologi, grafologi, leksikogramatika, serta semantik
wacana) merupakan pilihan linguistik penuturnya dalam rangka merealisasikan
fungsi sosial teks. Di sini, teks dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, teks
dipandang dari proses, yaitu proses interaksi dan aktivitas sosial
antarpartisipan dalam mengekspresikan fungsi sosial. Contohnya, papan bertulis
bahaya, interaksi sosialnya diperoleh melalui proses mengidentifikasi pesan
melalui unit-unit kebahasaan melalui konteks yang mengelilinginya. Kedua, teks
dapat dipahami sebagai sebuah produk. Dalam pengertian seperti ini, teks dapat
didekonstruksi untuk memperoleh elemen-elemen linguistik, semantis, retoris,
dan fungsionalnya yang sistematik sebelum dibentuk untuk memperoleh sistem
pemaknaan holistik yang terdapat dalam teks. Ia juga mengungkapkan beberapa konteks
dalam teorinya:
1.
Konteks
budaya yang mengandung
genre atau tipe teks. Teks dalam konteks disebut genre. Genre mengandung tujuan
sosial tertentu, misalnya menghibur atau mengajarkan perilaku kepada
masyarakat. Genre biasanya berbentuk narasi dan penulisannya dimulai dengan
orientasi (pengenalan masalah).
2. Konteks
situasi yang mengandung
unsur field, tenor, dan mode. 2 Konteks situasi mengandung teks dengan tujuan
sosial dalam lingkup tertentu. Unsur field adalah apa yang sedang terjadi,
berisi pengertian tentang topik atau isi teks. Field (medan),
yaitu cenderung mengacu pada apa yang dibicarakan. Bidang merupakan sistem
pilihan yang potensial, yaitu pilihan yang diharapkan akan terjadi dalam
konteks sosial. Pilihan-pilihan tersebut dapat dimengerti dari kosakata dan
tata bahasa teks. Tenor berkaitan dengan sifat hubungan antara
pemakai bahasa di dalam konteks sosial tertentu. Dalam tulisan, tenor
dinyatakan melalui hubungan pembaca dan penulis. Tenor (pelibat), yaitu
cenderung mengacu pada hubungan status sosial yang berperan pada tuturan yang
dituturkan. Mode berkaitan dengan saluran komunikasi, yaitu
tentang penggunaan bahasa untuk konteks situasi tertentu. Mode mengacu pada
cara peran yang digunakan bahasa dalam tuturan yang sedang berlangsung pada
situasi tertentu.
1.
Semantik
wacana yang berisi
rangkaian leksis, konjungsi dan referensi, yang menentukan kerekatan teks.
Semantik wacana mengikat bahasa dalam kesatuan utuh.
2.
Tata
bahasa ideasional
meliputi proses, partisipan, dan suasana, yang menentukan cara pengalaman
dipresentasikan dalam bentuk bahasa melalui sistem transivitas.
3.
Tata
bahasa tekstual yang
meliputi theme, theme, dan given and new information, menentukan cara yang
digunakan dalam bahasa untuk memberi penekanan informasi tertentu dalam teks.
Menurut
Charles Sanders Pierce ada beberapa pemilihan tanda dari sisi
acuan (tipologi tanda) pada tiga jenis, yaitu Ikon, Indeks, dan Simbol.
1.
Ikon. Hubungan representement (R) dan object
(O) yang memilik keserupaan (similitude atau resemblance) atau "tiruan tak
serupa dengan bentuk objek (terlihat pada gambar atau lukisan). Misalnya,
patung Soekarno adalah ikon dari Soekarno sebenarnya; tiruan suara burung
merujuk pada burungnya; peta geografis merupakan ikon dari geografi wilayah
yang sebenarnya. Dalam hal ini, Eco menyebutkan bahwa bayangan cermin merupakan
tanda ikonik yang mutlak. Ikon dalam pandangan Peirce dapat dibagi dalam tiga
bentuk, yaitu ikon image (dalam ajuan Max Bense disebut ikon topografi atau
ikon tolopologis), ikon diagram (ikon diagramatik), dan ikon metafora.
2.
Indeks. Hubungan representement (R) dan object
(O) yang terjadi karena terdapat keterkaitan atau hubungan kausal antara dasar
dan objeknya. Misalnya, asap (R) adalah indeks dari kebakaran (O) adalah bau
daging dibakar, (R) adalah indeks dari warung sate (O).
3.
Simbol
atau tanda sebenarnya.
Hubungan representement (R) dan object (O) yang terbentuk karena adanya
konvensi. Hubungannya bersifat arbitrer, seperti dimaksudkan oleh Saussure
(Barthes, 1967: 109, sebagaimana dikutip Yasraf, 2002a: 4). Simbol merupakan
ekuivalen dari tanda dalam pengertian Saussure. Misalnya, lampu rambu lalu
lintas dengan tiga warna; warna merah merujuk pada larangan, kuning merujuk
pada pengertian hati-hati, dan hijau merujuk pada izin untuk berjalan (terus).
Demikian juga, kode-kode morse dengan kombinasi bunyi panjang dan pendek
merujuk pada setiap huruf.
Menurut Greimas, Greimas dalam teorinya mengemukakan
semantik generatif. Dalam teori ini, Greimas membedakan tiga ranah bagi
pemaknaan wacana yaitu ranah struktur teks, struktur semio-naratif, dan
struktur kewacanaan. Ranah struktur teks merupakan ranah permukaan yang tidak
merupakan isi teks, tetapi sesuatu yang dapat diindra (dicerap oleh
pancaindra). Akan tetapi, ranah itu merupakan perangkat struktur berlapis-lapis
yang terdiri atas tataran bawah dan peraan atas. Ini mirip dengan "teori
tataran" (theorie des niveaux) yan dikemukakan oleh Benveniste (1974).
Benveniste mengemukaka bahwa setiap tataran dalam bahasa (fonem, morfem,
sintagma, klaus kalimat, atau teks) membentuk suatu kesatuan dari bawah ke atas
dan satuan bawah terintegrasikan dengan satuan di atasnya untuk memperoleh
makna. Bagi Greimas, pada tataran bawah terdapat unsur-unsur yang belum menjadi
tanda dan belum bermakna. Unsur-unsur tataran bawah (fonem-fonem dalam bahasa)
akan bermakna apabila terintegrasi pada tataran atas, yaitu tataran tekstua
Pada
analisis Greimas, hal yang diutamakan adalah teks yang mengintegrasikan semua
unsur pada tataran di bawahnya. Dua ranah lainnya terdapat pada tataran di
dalam dan merupakan isi wacana yang bersangkutan, yaitu struktur semio-naratif
dan struktur kewacanaan. Dalam struktur semio-naratif dapat ditemukan kaidah-
kaidah umum (semacam langue). Jadi, struktur semio-naratif dapat ditemukan pada
berbagai jenis sistem kode (verbal dan nonverbal). Struktur semio-naratif tidak
terikat konteks ataupun setting (tempat dan waktu). Struktur kewacanaan
berkaitan dengan berbagai jenis aktor dalam berbagai setting, sehingga berada
lebih di atas (lebih dekat dengan struktur teks) dibandingkan dengan struktur
semio-narati (Benny H. Hoed, 2003: 20-21).
Satuan-satuan analisis dari konsep
Greimas yang berbeda dari banpuistik konvensional merupakan salah seim pevanju
adanya tala bahasa satuan yang diformalisasikan. Selain itu, tentang adanya
kemungkinan model hubungan antara satuan satuan ini. Greimas menyadari
pentingnya suatu sistem. Baginya, satu buah tanda tidak melakukan penandaan.
Walaupun demikian, Greimas menekankan bahasa sebagai kesatuan struktur
penandaan yang mensyaratkan bahwa sistem itu sebelumnya sudah ada dan tetap
harus diartikulasikan atau dibentuk, tidak seperti Saussure. Oleh sebab itu,
cara kerja tata bahasa menjadi pusat perhatian penelitian Greimas, sebagaimana
dilakukan oleh Merleau-Ponty. Selain itu, meskipun Greimas mempelajari hubungan
antarunsur wacana-paling tidak wacana naratif-ia bukan hanya mempelajari
kualitas substanstif unsur-unsur ini, melainkan juga mengambil jarak terhadap
dorongan idealis Saussure.
Perbedaan
analisis wacana naratif yang dicanangkan Greimas dari linguistik konvensional
adalah analisis wacana naratif tidak terlalu memfokuskan kajiannya pada kata
ataupun kalimat, tetapi bertumpu pada jaringan yang memunculkan makna di
dalamnya (discourse; wacana). Bagi Greimas, pengertian tentang jaringan
hubungan berjalan seiring dengan pemakaian bahasa. Semantik struktural akan
menjadi semiotik naratif saat makna diubah menjadi satuan-satuan analisis yang
menjelaskan pembentukan makna dalam satu konteks tertentu. Semiotik naratif
menguraikan makna dari makna. Makna ini tidak bersifat intensional (terkait
dengan subjek psikologis) atau hermeneutik (makna yang ada sebelum bahasa
dipakai). Singkatnya, Greimas berusaha mempelajari pembentukan makna dalam wacana,
makna sebagai proses penandaan (signification).
Greimas
menempatkan proses pemaknaan (signification) sebagai konsep utama. Sebagaimana
Saussure, bagi Greimas pemaknaan adalah hasil proses pembedaan antara dua unsur
yang berbeda dalam relasi sistemis. Salah satu contohnya adalah perbedaan
antara ibu dan bapak atau istri dan suami. Kedua pasang kata itu dimaknai
dengan perbedaan antara "perempuan" dan "laki-laki". Hal
ini adalah prinsip disjungsi (hubungan kontras). Lebih lanjut, perbedaan itu
sebenarnya didasari oleh persamaan pada tataran yang lebih atas, yakni jenis
kelamin. Oleh karena itu, adanya prinsip konjungsi (hubungan setara), prinsip
ganda (disjungsi dan konjungsi) merupakan struktur elementer pemaknaan.
Dengan demikian, Greimas menyajikan kerangka konseptual yang lebih rinci untuk memahami bagaimana proses pemaknaan terjadi, menggambarkan bahwa makna tidak hanya berasal dari perbedaan tetapi juga dari hubungan setara dan interaksi antara elemen-elemen semiotik. Pandangan Greimas juga menawarkan perspektif yang mendalam tentang cara kita memahami makna dalam konteks teori semiotika. Pemikirannya yang menggabungkan perbedaan, hubungan setara, dan interaksi membentuk landasan konseptual yang kuat untuk menjelaskan dinamika kompleks dalam pembentukan makna. Dengan menggabungkan aspek-aspek ini, pandangan Greimas memperkaya teori semiotika dengan menekankan pentingnya dinamika dan interaksi dalam konstruksi makna. Pemikirannya merangkul kompleksitas pemaknaan, menawarkan landasan konseptual yang kuat untuk menjelaskan cara makna dibentuk melalui relasi yang terjalin antara unsur-unsur semiotik.
BAB III
3.1 MENDEFINISIKAN
OBJEK DALAM IKLAN
Dalam iklan Sprite, pendekatan visual
dan teks yang digunakan sangat penting untuk menarik perhatian dan menyampaikan
pesan yang relevan. Hal ini mencakup penggunaan gaya bahasa yang mudah diingat,
dukungan visual yang menarik, dan penggunaan celebriti atau influencer untuk
meningkatkan minat beli konsumen. Selain itu, iklan Sprite juga menggunakan
konsep narsisme dan semiotika untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam dan
kreatif. Dalam iklan tersebut ada beberapa objek yang dapat dianalisa dan
didefinisikan seperti:
1.
Teks, Bahasa informal dan penggunaan kata
“nyatanya” menciptakan rasa keaslian dan mendekatkan iklan dengan kehidupan
konsumen sehari-hari. Pesan ini dimaksudkan untuk menciptakan keterlibatan dan
keakraban. Ungkapan “saat botolnya keringetan” menekankan bahwa kesegaran
Sprite terutama terlihat saat diminum dari botol yang dingin dan berkeringat.
Ini memberikan perasaan menyegarkan baik secara visual maupun sensual.
2.
Objek, Objek pada iklan tersebut menunujakn
botol sprite yang berembun yang mengartikan kesegaran. Botol yang terlihat
dingin bisa langsung membangkitkan asosiasi kesegaran atau dingin. Hal ini
memberitahu konsumen bahwa Sprite siap memberikan pengalaman minum yang
menyegarkan. Penyajian visual pada botol mampu memberikan kesan elegan dan
segar. Desain botolnya yang stylish dan modern menciptakan estetika yang indah
dan menunjukkan bahwa Sprite lebih dari sekedar minuman berkarbonasi biasa.
3.
Background, Dalam iklan tersebut Es batu
melambangkan kesegaran. Dengan menyertakan es batu dalam iklannya, Sprite ingin
menegaskan bahwa minuman ini tidak hanya dingin tetapi juga menghadirkan rasa
menyegarkan yang luar biasa. Es batu juga membantu menonjolkan sifat karbonasi
Sprite. Saat minuman bersentuhan dengan es, gelembung berkarbonasi menjadi
lebih terlihat, menyoroti pengalaman minum berbeda yang ditawarkan Sprite.
Menggunakan latar belakang es batu di iklan Sprite merupakan elemen desain yang
dapat meningkatkan daya tarik visual dan menyampaikan pesan kesegaran yang kuat
kepada para audiens target.
4.
Logo
dan slogan sprite, Pada
iklan tersebut sprite mempunyai slogan ciri khas milik sprite yaitu “Sprite
Nyatanya Nyegerin” dan ada slogan lain seperti “Sprite nyatanya nyegerin kalo
botolnya keringetan”. Slogan ini merangkum pengalaman kesegaran Sprite dengan
cara yang unik dan menggambarkan bahwa kesegaran tersebut benar-benar terasa
ketika botolnya dingin dan berkeringat. Hal ini mengajak konsumen untuk mencoba
dan merasakan kesegaran unik Sprite, terutama jika botolnya disimpan pada
kondisi dingin.
5.
Warna
Hijau Pada Teks Iklan Tersebut,
Penggunaan warna hijau pada teks iklan sprite dimaksudkan untuk memperkuat
identitas merek. Hijau merupakan warna yang telah lama dikaitkan dengan merek
Sprite. Hal ini menciptakan konsistensi visual dan memastikan nilai pengenalan
yang kuat. Hijau juga sering dikaitkan dengan rasa kesegaran, kesehatan, dan
kealamian. Penggunaan warna ini dalam teks Anda dapat memberikan efek
psikologis positif pada para audiens dan memperkuat persepsi bahwa Sprite
adalah minuman yang sehat dan menyegarkan.
3.2 MENGANALISA TEKS
DALAM IKLAN
Analisis
isi teks adalah studi ilmiah tentang isi komunikasi. Secara teknis, analisis
konten mencakup aktivitas berikut: (1) Pengelompokan simbol yang digunakan
dalam komunikasi. (2) penggunaan tolok ukur sebagai dasar pengelompokan, dan
(3) penggunaan metode analisis sebagai penghasil prediksi. Dalam iklan tersebut
ada beberapa isi teks yang dapat dianalisa seperti:
1.
Sprite
Sprite dalam iklan ini mencakup identitas merek, rasa lemon-lime yang khas, dan citra merek yang membangkitkan kesegaran dan keunikan. Merek Sprite terkenal dengan penggunaan warna hijau pada logo dan kemasannya, dan juga penggunaan simbol buah lemon-lime pada huruf “I” pengganti titik juga memperkuat minuman bersoda ini memiliki rasa lemon-lime yang segar. serta kampanye pemasarannya yang menekankan rasa menyegarkan dan kegembiraan. Oleh karena itu, dalam konteks periklanan, kata “Sprite” tidak hanya mengacu pada minuman berkarbonasi generik, tetapi lebih spesifik pada produk yang memiliki ciri dan identitas merek tersendiri.
2.
Nyatanya
Dalam bahasa
Indonesia sehari-hari, “Nyatanya” sering digunakan untuk merujuk pada
fakta atau pengalaman yang dapat diverifikasi atau dibuktikan. Dalam konteks
iklan ini, penggunaan kata tersebut mungkin mengacu pada fakta bahwa Sprite
benar-benar memberikan sensasi segar yang dirasakan konsumen saat minum dari
botol yang dingin dan berkeringat. Kata tersebut juga menyampaikan suasana
santai dan akrab, menciptakan hubungan yang lebih erat antara merek dan
konsumen.
3.
Makin
Dalam konteks iklan
tersebut kata “Makin” merupakan singkatan atau varian dari kata “makin”
yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Penggunaan “makin” di sini mengacu
pada peningkatan atau intensifikasi suatu keadaan atau emosi. Penggunaan kata
ini sering digunakan dalam situasi informal atau promosi untuk menonjolkan
manfaat atau keunggulan suatu produk. Penggunaan kata “makin” dalam
iklan ini juga dapat memberikan kesan bahwa pengalaman meminum Sprite lebih
positif dan kuat, sehingga semakin mengajak konsumen untuk mencoba dan memilih
produk tersebut. Penggunaan ini juga dapat memperkuat pesan bahwa sensasi sejuk
yang diberikan oleh Sprite menjadi lebih kuat dalam keadaan tertentu, seperti
botol dingin atau keringat.
4.
Nyegerin
Dalam konteks
iklan tersebut Kata “nyegerin” merupakan bentuk bahasa sehari-hari atau
variasi dari kata “nyaman” dan digunakan dalam bahasa Indonesia terutama dalam
percakapan informal atau umum. Dalam penggunaan informal atau sehari-hari,
"nyegerin" sering digunakan untuk menggambarkan perasaan
menyenangkan, segar, atau menyenangkan, terutama dalam konteks mengalami
sesuatu yang menyegarkan. Dalam hal ini, kata tersebut digunakan untuk
menggambarkan pengalaman minum Sprite yang menyenangkan dan menyegarkan. Dengan
demikian, kata “nyegerin” dalam konteks iklan Sprite dapat diartikan
sebagai kemampuan Sprite untuk membuat seseorang merasa segar baik fisik maupun
mental.
5.
Kalo
Dalam konteks iklan tersebut Penggunaan "kalo" berfungsi sebagai pengganti "kalau/jika" dan menghubungkan awal kalimat dengan bagian selanjutnya. Dengan kata lain, kalimat ini bisa dibaca "Nyatanya Nyegerin, jika botolnya keringetan." Penggunaan “kalo” di sini menyampaikan nuansa percakapan yang santai dan mengikuti gaya bahasa santai yang biasa terlihat dalam periklanan dan promosi produk. Untuk membangun ikatan yang lebih erat dengan konsumen.
6.
Botolnya
Dalam konteks iklan tersebut, “nyatanya makin nyegerin kalo botolnya,” kata “botolnya” merupakan gabungan dari kata “botol” dan akhiran bahasa Indonesia “nya” yang menunjukkan kepemilikan. Atau kontrol. Dalam kalimat ini, "botol" mengacu pada kepemilikan atau properti botol. Ungkapan ini digunakan untuk menekankan keadaan atau ciri tertentu dari botol, yaitu dalam keadaan “keringetan”. Botol yang “keringetan” memberikan kesan visual bahwa botol tersebut dingin dan berembun, memberikan kesan bahwa minuman di dalamnya sangat dingin dan menyegarkan. Penggunaan kata 'botol' dalam iklan ini menciptakan rasa keterlibatan terhadap produk dan menunjukkan bahwa pengalaman menyegarkan saat meminum Sprite berkaitan erat dengan kondisi fisik botol. Ini bisa menjadi strategi pemasaran yang bertujuan untuk menarik perhatian konsumen terhadap fitur unik botol sebagai elemen penting dari pengalaman menikmati minuman.
7.
Keringetan
Dalam konteks iklan tersebut, "nyatanya makin nyegerin kalo botolnya keringetan", kata "keringetan" merupakan bentuk kata benda abstrak yang berasal dari dasar kata "keringat". Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut secara harafiah merujuk pada keadaan atau kondisi suatu benda (dalam hal ini botol) yang mengandung keringat. Dalam penggunaan ini, "keringat" dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang cukup dingin sehingga timbul embun atau keringat pada permukaan botol. Secara simbolis, penggunaan kata "keringat" di sini dapat memberikan kesan bahwa botol tersebut sebenarnya sangat dingin sehingga minuman di dalamnya memberikan rasa kesegaran yang maksimal. Penggunaan kata ini dalam iklan sprite menciptakan gambaran visual yang kuat dan memberi kesan bahwa kesegaran produk berkaitan dengan kondisi fisik botol. Dingin dan berkeringat. Ini mungkin merupakan taktik pemasaran untuk menekankan bahwa Sprite terasa paling menyegarkan ketika diminum dari botol yang dingin dan berkeringat.
3.3 ARTI KIASAN DAN
ARTI KIASAN SERTA ARTI SEBENARNYA
3.3.1 ARTI KIASAN
Dalam
iklan sprite ini, makna kiasan mengacu pada penggunaan ekspresi atau pernyataan
kiasan yang melampaui makna literalnya. kiasan digunakan untuk menciptakan daya
tarik, menyampaikan gambaran yang jelas, dan menyampaikan pesan dengan cara
yang kreatif. Penggunaan kiasan dapat menciptakan dampak yang lebih kuat,
membangkitkan emosi, dan membuat iklan ini lebih berkesan bagi audiens.
Penggunaan kiasan dalam iklan ini memungkinkan menciptakan pesan yang lebih
menarik, bermakna, dan berkesan bagi konsumen. Dengan menggabungkan kreativitas
kata, elemen emosional, dan pesan merek, Sprite bertujuan untuk menciptakan
dampak positif dan membedakan produk di pasar.
3.3.2 ARTI BUKAN KIASAN
Makna arti
bukan kiasan dalam konteks iklan ini mengacu pada penggunaan bahasa literal
tanpa menggunakan makna kiasan atau simbolik. Dalam hal ini istilah dan
keterangan yang digunakan dalam iklan tidak perlu diartikan sebagai tanda atau
simbol, tetapi mempunyai makna yang sesuai dengan makna dasar kata tersebut.
Contoh makna arti bukan kiasan dalam iklan sprite ditemukan dalam teks seperti
``Botolnya keringetan.'' Arti bukan kiasan dari pernyataan ini adalah bahwa
botol tersebut sebenarnya berkeringat secara fisik, mungkin karena suhunya
terlalu dingin. Yang menyebabkan terbentuknya embun pada permukaan botol.
Dengan menggunakan bahasa literal, iklan berupaya memberikan informasi yang
jelas dan langsung mengenai ciri-ciri produk, dalam hal ini kesegaran dan
kehalusan minuman Sprite bila diminum dari botol yang dingin dan berkeringat.
Makna arti bukan kiasan dalam iklan membantu menyampaikan pesan secara jelas
kepada konsumen, sekaligus memberikan daya tarik dan kreativitas melalui
penggunaan bahasa yang menarik perhatian.
3.3.3 ARTI SEBENARNYA
Dalam
konteks iklan ini, “nyatanya makin nyegerin kalo botolnya keringetan”. arti
sebenarnya dapat diartikan sebagai pengalaman realistis dan langsung yang
dialami seseorang ketika meminum Sprite dari botol yang dingin dan berkeringat.
Arti sebenarnya mengacu pada rasa kesegaran dan kelezatan yang benar-benar
dirasakan konsumen. Dengan kata lain, iklan ini ingin menyampaikan bahwa
pengalaman menyegarkan yang dijanjikan Sprite bukan sekadar klaim pemasaran,
namun benar-benar dapat dirasakan konsumen ketika minum dari botol yang dingin
dan berkeringat. Makna sebenarnya di sini adalah sensasi segarnya ada, bisa
dicoba, dan memberikan pengalaman positif bagi konsumennya. Oleh karena itu,
arti sebenarnya dari iklan Sprite erat kaitannya dengan perasaan dan kepuasan
sebenarnya yang dirasakan konsumen dalam kondisi tertentu, yaitu saat menikmati
minuman dari botol yang dingin dan berkeringat.
3.4 MENGELOMPOKAN TEKS
DAN CITRA YANG ADA BERDASARKAN IKON, INDEKS, DAN SIMBOL
3.4.1 IKON
Botol
sprite merupakan ikon penting dalam iklan tersebut. Bentuk botol khas Sprite,
label dan merek yang menarik perhatian, dan warna hijau membuatnya langsung
dikenali oleh konsumen. Ikon-ikon tersebut memberikan daya tarik visual yang
kuat dan berhubungan langsung dengan produk yang dipromosikan. Dalam pasar
minuman ringan yang kompetitif, memiliki ikon yang mudah diingat dan membedakan
dengan produk sejenisnya sangatlah penting. Botol khas Sprite berperan sebagai
pembeda yang membedakan merek ini dari pesaingnya. Karena botol sprite memiliki
ciri khas berwarna hijau dan juga botol yang langsing.
3.4.2 INDEKS
Indeks
iklan sprite mengacu pada elemen yang memiliki makna lebih dalam dan dapat
menyampaikan pesan tertentu kepada khalayak ramai. Dalam konteks iklan Sprite,
indeks ini mencakup berbagai aspek yang tidak hanya mengidentifikasi merek,
tetapi juga merangkum nilai, emosi, dan citra yang ingin disampaikan oleh
merek. Ada beberapa indeks pada iklan sprite tersebut, contohnya:
• Warna
Hijau, Kehijauan adalah warna yang secara tradisional dikaitkan dengan
kesegaran, alam, dan kehidupan. Pada iklan Sprite, warna hijau pada botol dan
label menciptakan indeks visual yang menghubungkan langsung dengan pengalaman
menyegarkan dan alami.
• Gambaran
tetesan es dan air, di sekitar botol sprite banyak tetesan air yang
mengekspresikan rasa dingin dan kesegaran. Hal ini memperkuat pesan bahwa
Sprite paling enak disajikan dingin dan merupakan minuman yang menyegarkan.
•Tagline
Yang Menyegarkan, Dalam iklan sprite tersebut mempunyai tagline berupa kata kata
“nyatanya nyegerin kalo botolnya keringetan”, Yang dimaksud adalah Sprite lebih
menyegarkan jika diminum saat keadaan dingin.
3.4.3 SIMBOL
Simbol
iklan sprite memberikan gambar bermakna yang secara efektif mewakili nilai dan
karakteristik merek. Setiap simbol dirancang dengan tujuan tertentu untuk
menciptakan asosiasi positif dan menyampaikan pesan kepada konsumen. Dalam
iklan tersebut ada beberapa simbol yang digunakan seperti:
•
Potongan buah pada tulisan Sprite, simbol ini menjelaskan bahwa Sprite
merupakan minuman yang terbuat dari buah jeruk segar seperti lemon dan jeruk
nipis. Buah yang cerah dan menarik menyampaikan gambaran keaslian dan rasa
alami yang membedakan Sprite dari minuman lainnya.
• Bentuk Botol
Sprite yang unik, bentuk unik botol sprite dengan lekukan dan desainnya yang
khas. Bentuknya yang tidak hanya cantik, tapi juga menjadi pembeda dan membuat
Sprite mudah dikenali di pasaran.
• Latar Belakang
es, Latar belakang ini mempunyai arti kesegaran, kesejukan dan kenikmatan yang
membuat para konsumen lebih makin tertarik pada produk tersebut.
3.5 GENERALISASI
Iklan Sprite dengan cerdas menggabungkan pendekatan visual dan teks yang menarik untuk menyampaikan pesan bahwa Sprite adalah minuman yang menyegarkan, memberikan kesegaran tidak hanya secara fisik tetapi juga mental. Dengan memanfaatkan berbagai teknik komunikasi yang efektif, seperti penggunaan bahasa informal, dukungan visual yang memikat, serta pemanfaatan ikon, indeks, dan simbol, iklan ini menjadi sebuah upaya komunikasi yang bertujuan untuk mempromosikan Sprite sebagai minuman yang cocok untuk setiap kesempatan. Melalui kombinasi teknik komunikasi tersebut, iklan Sprite mampu mendefinisikan citra merek sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar minuman berkarbonasi. Dengan menyelipkan unsur kreatif dan kesegaran dalam bahasa dan visualnya, iklan ini berhasil membangun naratif yang menarik, mengundang konsumen untuk merasakan keunikan dan kesegaran Sprite. Dengan demikian, iklan Sprite tidak hanya menjadi sarana promosi, tetapi juga sebuah karya komunikasi yang memikat dan membangun identitas merek dengan cemerlang. Penggunaan slogan khas seperti "Sprite nyatanya Nyegerin" bukan hanya sekadar frasa promosi, melainkan sebuah deklarasi kreatif yang menguatkan pesan merek. Dalam hal visual, botol Sprite menjadi pusat perhatian dengan bentuk dan warna yang mencolok. Simbol potongan buah dan latar belakang es krim tidak hanya menekankan kealamian bahan-bahan Sprite, tetapi juga menghadirkan kesan menyegarkan secara visual. Dengan menyertakan elemen semiotika, iklan ini berhasil membangun identitas merek yang kuat dan mengkomunikasikan bahwa Sprite bukan hanya minuman berkarbonasi biasa, melainkan sebuah pengalaman rasa yang menyegarkan dan unik. Keseluruhan, iklan Sprite tidak hanya menjadi sebuah kampanye pemasaran, melainkan sebuah karya seni komunikasi yang menyentuh hati dan memberikan nilai tambah pada produknya.
BAB IV
KESIMPULAN
Iklan
sprite merupakan contoh menarik dalam menerapkan strategi pemasaran yang
efektif baik dari teks maupun visual. Dalam pendekatan ini, elemen seperti
penggunaan bahasa informal, simbol, ikon, dan indeks membantu menyampaikan
pesan merek yang kuat kepada konsumen. Iklan tersebut berfokus pada rasa
menyegarkan dan pengalaman unik meminum Sprite, menciptakan daya tarik visual
dan emosional. Teks iklan menggunakan bahasa yang akrab dan santai untuk
mendorong keterlibatan pelanggan sehari-hari. Dengan menggunakan kata
"nyatanya", "makin", dan "nyegerin", Anda tidak
hanya dapat merasakan keasliannya tetapi juga kegembiraan dan kesegarannya.
Slogan khas Sprite, seperti "Sprite nyatanya Nyegerin", menambahkan
elemen kreatif dan memperkuat pesan merek. Secara visual, botol Sprite
merupakan ikon yang mencolok dengan bentuk dan warnanya yang unik. Selain itu,
simbol seperti potongan buah dan latar belakang es krim mewakili fakta bahwa
Sprite terbuat dari bahan alami sehingga memberikan kesan menyegarkan dan
menyegarkan. Dengan menggabungkan elemen semiotika, iklan ini berhasil
membangun identitas merek yang kuat dan menyampaikan pesan bahwa Sprite lebih
dari sekadar minuman berkarbonasi pada umumnya. Secara keseluruhan, iklan
Sprite berhasil menarik perhatian, menciptakan daya tarik emosional, dan
menyampaikan kesan positif terhadap produk sehingga meningkatkan niat beli
konsumen.
penggunaan kata yang mudah di pahami, keren
BalasHapus👍
BalasHapusilmu nya bermanfaat kak, terimakasih yaa
BalasHapusMudah dipahami #Sprite nyatanya nyegerin
BalasHapus👍👍👍
BalasHapusMasukk mas pemahamannya
BalasHapus#sprite nyatanya nyegerin
penjelasanya sangat mudah di mengerti
BalasHapusmudah di pahami
BalasHapusmudah dimahami sekalii
BalasHapusartikel yg sangat bermanfaat dan mudah dipahami
BalasHapusmudah dipahami, lanjutkan!
BalasHapustulisann memperjelas apa yang saya cari terima kasih sangat bermanfaat
BalasHapusmantap
BalasHapuswah penelitiannya bagus dan sistematika penyusunannya juga sudah bagus
BalasHapusPenulisannya bermanfaat
BalasHapusUnik
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussudah dikomen ya dim
BalasHapuspemilihan kata yang sangat bagus ka dimas
BalasHapusKERJA BAGUS
BalasHapusGOOD JOB!!
BalasHapus